Beberapa saat lagi akan kita peringati bersama hari besar nasional pada tanggal 10 Nopember sebagai HARI PAHLAWAN. Hal ini seakan mengingatkan kembali kepada kita untuk mencontoh semangat dan keberanian para pahlawan bangsa melakukan perlawanan besar-besaran terhadap penjajah Belanda, dimana dengan persenjataan yang sangat sederhana mampu merobohkan seorang Jenderal Sekutu yang bernama Mallaby. Semangat kebangsaan itu telah melahirkan suatu tekad untuk melawan kekuatan yang sangat tidak berimbang akan tetapi berhasil dan menang. Dan ini patut untuk kita ingat kembali ketika suasana berubah seperti suasana di jaman penjajahan Belanda dahulu.
Kini setelah sekian puluh tahun kemerdekaan kita jalani, banyak lika-liku kehidupan dengan gontai tanpa semangat baja sebagaimana dicontohkan para pahlawan bangsa ini yang telah meninggalkan kita. Semua seakan terpuruk untuk memikirkan kepentingan dan kebutuhannya sendiri-sendiri, semangat para pahlawan telah hilang dari diri mereka. Ataukah memang mereka mereka itu bukan titising kusuma rembesing madu? Kalau begitu siapa mereka yang berteriak lantang seakan mereka yang membawa kebenaran, padahal mereka belum tentu benar.
Reformasi telah berhasil membangun pilar pilar negara yang bersendikan demokrasi kerakyatan, dimana semua peraturan perundang-undangan saat ini sedang digiring oleh sesuatu kekuatan yang tersembunyi ke arah kepentingan umum terutama kepentingan bangsa dan negara. Undang undang tentang keterbukaan informasi publik, undang undang tentang pelayanan publik dan Perkapolri Nomor 8 tahun 2009 merupakan sebagian dari peraturan yang mengarah kepada tujuan dibentuknya negara ini.
Dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu ke-II, presiden SBY telah memprioritaskan penegakan hukum sebagai langkah yang pertama. Kotak pos 9949 dengan kode GM mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengganyang mafia dalam arti luas. Kalau ramalan Prabu Joyoboyo benar-benar terjadi dan presiden SBY sebagai pambukaning gapuro telah menyiapkan jalan untuk penguasa yang akan datang dan memerintah negara dengan wahyu atau petunjuk Tuhan, bisa kita bayangkan betapa bahagianya seluruh bangsa Indonesia “bardhotun toyibatun wa robbun ghoffur.”
Oleh karena itu, marilah kita sebagai bangsa Indonesia betul betul menyambut segala bentuk kebenaran dan keadilan yang akan dihadirkan di bumi nusantara ini. Suatu kekuatan tersembunyi agaknya telah bergerak menggeser penyimpangan yang dilakukan pada masa lalu ke arah terciptanya cita-cita bangsa sebagaimana tertuang pada alinea ke-4 pembukaan UUD’45 yang harus kita junjung tinggi sebagai wasiat leluhur.
Marilah dengan semangat “10 Nopember” kita bangkit kembali untuk memberikan persembahan yang suci kepada ibu pertiwi, tanah leluhur – bumi nusantara yang kita cintai bersama. Marilah kita baca kembali sejarah pergerakan bangsa Indonesia, kemudian kita perhatikan siapa sebenarnya penyebab kehancuran para penguasa negeri ini. Siapa yang menghancurkan Soekarno, siapa yang menghancurkan Soeharto, siapa yang menghancurkan Gus Dur, siapa yang menghancurkan Megawati dan siapa nanti yang akan menghancurkan Susilo Bambang Yudhoyono.
Terompet telah dibunyikan, mengapa kita belum bangun juga. Seruling dan gendang telah ditabuh, mengapa kita belum berjoget juga? Mengapa kita malas untuk bangun dan berjoget ketika terompet, seruling dan gendang telah dibunyikan? Siapakah yang telah menjadikan kita malas dan enggan?
Ingatkah akan riwayat Thalut ketika memimpin tentaranya berperang melawan musuh Allah di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah? Ingatkah ketika Thalut berkata “kita akan melewati sebuah sungai, barang siapa mengambil secedukan untuk melepas dahaga akan kuat untuk melanjutkan perang. Tetapi barangsiapa yang melewati batas, maka dia tidak akan dapat melanjutkan tugasnya untuk berperang di jalan Allah.”
Apa makna yang terkandung dalam cerita tentang Thalut tadi, hendaknya bisa kita ambil sebagai cambuk untuk bangkit dengan semangat 10 Nopember dan kita perangi segala bentuk pengkhianatan yang terjadi di negeri ini. “Mumpung masih ada waktu” kata Ebiet G Ade.
Marilah dengan semangat 10 Nopember kita semua bangkit menjadi garda bangsa, menjadi bayangkara negara, menjadi abdi negara yang lebih mendahulukan kepentingan bangsa dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Dan kepada para pengkhianat bangsa yang dengan tidak sengaja maupun sengaja tindakannya telah menjadikan nasib bangsa ini semakin tidak menentu, perlu untuk berpikir lagi. Engkau lanjutkan tingkah lakumu atau engkau bertaubat kembali ke jati diri bangsamu. Semua terserah engkau, karena sang Tataghatalah yang akan mengadili dirimu.
Marilah dengan semangat 10 Nopember kita berjuang untuk dapat kembali sebagai satu saudara sebangsa dan setanah air untuk selama-lamanya. Hidup sejahtera, rukun, aman dan damai di negeri sendiri tanpa ada tekanan dari kekuatan pihak mana pun, karena do’a kita telah sampai dan Tuhan telah mulai merealisasikannya.
semoga kita bisa jadi lebih baik dari yang kemarin..
Marilah kita kurang 7 hari lagi merundukkan kepala mengenang jasa-jasa para pahlawan kita, 10 NOVEMBAR 2010 ” HARI PAHLAWAN” semoga indonesia semakin membaik dalam pemerintahanya amin.
Salam kenal