• About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Selasa, Januari 19, 2021
  • Login
LAWANG POST
Advertisement
  • Terkini
  • Regulasi
  • Tokoh
  • Editorial
  • Agama
  • Pembangunan
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Wisata
  • Kuliner
No Result
View All Result
  • Terkini
  • Regulasi
  • Tokoh
  • Editorial
  • Agama
  • Pembangunan
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Wisata
  • Kuliner
No Result
View All Result
LAWANG POST
No Result
View All Result
Home Editorial

Indonesia: 1000 Following, 10 Followers

by aan
03/03/2013
0
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Masih melekat dalam pikiran kita semua ketika batik dan lagu rasa sayange yang kita anggap sebagai hasil budaya telah nyaris lenyap pindah ke negeri seberang. Beruntung kala itu kita terbangun dan memperjuangkannya, sehingga budaya luhur itu masih tetap di pangkuan ibu pertiwi. Tapi seiring berjalannya waktu, dan kian berkembangnya globalisasi, masihkah kita akan percaya bahwa itu semua adalah budaya kita?

Globalisasi adalah sebuah gerakan yang akan mengikis batasan-batasan setiap daerah, wilayah, dan negara. Gerakan yang bercita–cita untuk menjadikan dunia ini menjadi satu, dengan segala kemiripan di dalamnya, termasuk budaya. Menggunakan media massa dan kemajuan teknologi untuk memaparkan segala aktivitas di dunia telah menjadi jalan yang lapang bagi gerakan ini, hingga hampir setiap negara telah melihat negara lain, keindahannya, keunikannya, kurang dan lebihnya dengan mudah. Tak terkecuali Indonesia, melihat dan dilihat dengan mudah.

Sayangnya kita lebih banyak melihat dari pada dilihat. Sehingga konsekuensi logis dari melihat kemudian meniru telah terjadi di hampir setiap aspek dari cara dan gaya hidup kita. Mulai dari gaya berpakaian, cara bergaul, cara dan jenis makanan, hingga cara kita berbudaya telah banyak mendapat pengaruh dari banyak pihak. Mungkin kita tidak serta merta meninggalkan budaya kita, namun terjadi negosiasi yang cenderung memenangkan pihak luar. Contoh paling mudah adalah dari musik, dangdut yang kita anggap musik rakyat, kini telah mengalami perubahan yang signifikan guna menjaga eksistensinya. Dangdut kerap kali disandingkan dengan musik beraliran tecno, yang cenderung lebih diterima oleh telinga remaja sekarang.

Selain itu, masih banyak lagi kehebohan di dunia ini yang telah merasuki kehidupan orang Indonesia. Gangnam style dan harleem shake yang kini populer di seantero jagad, juga menjadi tontonan favorit kita semua, hingga kita mulai malu dan bosan jika melihat tarian andun, tarian kecak, atau tarian-tarian lain yang notabene adalah jati diri kita. Minimnya keinginan generasi muda untuk mau mengenal dan melestarikan budayanya menjadikan masalah ini kian keruh. Ini semua hanya sepenggal contoh dari ribuan contoh yang jelas terpampang di mata kita semua, dan kita nikmati bersama.

Maka tidaklah salah jika kita mulai lupa akan jati diri sebagai penghuni negeri ini, karena apa yang kita lihat bukan lagi apa yang kita miliki. Lambat laun mungkin kita tidak akan lagi ingat bahwa kita memiliki batik, gendang, wayang, dan kebudayaan lainnya, yang mungkin kita tahu nantinya hanya nama Indonesia. Maka inilah kita sekarang, dan mungkin untuk waktu yang akan datang, Indonesia negara dengan 10 pengikut dan ribuan yang diikuti.

Muhammad Subkhan,
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unair

Tags: budayaglobalmasyarakat
Previous Post

PNS Harus Punya Loyalitas & Dedikasi

Next Post

Pendaftaran SBMPTN 2013 Melalui Ujian Tulis

Related Posts

Editorial

Mengapa Harus Lapor Inspektorat ?

by admin
08/06/2018

(Lawang Post) Mungkin banyak diantara teman2 seprofesi yang tidak senang ketika aku bilang mau melaporkan satu kasus dugaan penyimpangan ke...

Editorial

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

by admin
06/06/2018

  (lawang Post/MD) Salah seorang Pengamat Pengelolaan Keuangan Daerah Mohammad Dawoed menyatakan bahwa dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun...

Memahami Peranan Pers Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

09/11/2013

Keterkaitan Dana BOS Dengan Penerimaan Peserta Didik Baru

26/05/2013

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bupati Malang Akhiri Sosialisasi MADEP MANTEB di Lawang

21/12/2011

Sekolah di Kota Malang Dilarang Adakan Rekreasi?

12/04/2013

Mempersiapkan Kepanjen Sebagai Ibukota Kabupaten Malang

17/01/2011

Biaya Pendidikan Sekolah Negeri yang Menjadi Tanggung Jawab Orang Tua atau Wali Siswa

19/11/2010

Tifatul Sembiring ‘Sindir’ Roy Suryo

13/01/2013

Karya Bakti di Desa Sukodono Dampit

08/01/2011
danone cup

Kota Malang Tuan Rumah Penyisihan Liga Danone

09/04/2013

Inilah Kisi-Kisi Ujian Nasional 2013

10/04/2013

Kuda Goyang Warisan Leluhur

23/10/2010

Video Briptu Norman Kamaru Terus “Menggila” di YouTube

06/04/2011

Camat Baru Kecamatan Lawang

16/07/2020

Wakil Ketua PCNU Kab Malang Siap Kritisi Rendra

10/11/2010

Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan

06/11/2010

Dualisme Pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2012 di Jawa Timur

10/11/2012

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Larang SD dan SMP Negeri Lakukan Pungutan Biaya Pendidikan

02/02/2012

Pasca Pemilihan Umum Legislatif Dan Pilpres 2009

27/10/2010
  • Beranda
  • Indeks
  • Kontak
  • Privasi
  • Redaksi
  • Tentang
LAWANG POST
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Indeks
  • Kontak
  • Privasi
  • Redaksi
  • Tentang

© 2020 Lawang Post

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.