Kedatangan Bupati Malang, H. Rendra Kresna disambut hangat oleh masyarakat Kecamatan Ngajum saat Bhakti Sosial menata desa (Bina Desa) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang dan diikuti oleh seluruh SKPD yang berlangsung pada hari Senin dan Selasa (18 – 19 Februari 2013) di Desa Babadan Kecamatan Ngajum. Desa Babadan merupakan desa tertinggal yang dipastikan mampu mengejar ketertinggalan dari daerah lainnya apalagi melihat berbagai kreatifitas warga masyarakat yang sehari-harinya memproduksi beraneka ragam kebutuhan sehari-hari dari hasil kekayaan alam yang tersedia di daerah tersebut, desa tertinggal pasti akan maju.
Selain itu, kondisi antar umat beragama yang terjadi di Desa Babadan ini terjalin sangat baik dibuktikan dengan toleransi kegiatan kegamaan yang rutin dilaksanakan di sekitar desa tersebut. Dari perbedaan yang ada, dihimbau oleh Bupati kepada seluruh masyarakat desa Babadan agar tetap menjalin tali silaturahmi antar sesama karena agama merupakan kebutuhan spiritual yang tidak terlepas dari jati diri setiap manusia. Tomposari selaku Kepala Desa Babadan berharap kepada masyarakat agar bisa maju dan mampu bersaing dengan daerah lain mengingat desa Babadan ini merupakan desa tertinggal.
Bupati Malang, H. Rendra Kresna mengajak kepada segenap warga masyarakat Babadan untuk dapat menyalurkan aspirasi dalam rangka mendukung kesuksesan program – program Madep Manteb yang dilaksanakan oleh Pemkab Malang. Berkenaan dengan pertanyaan warga saat dialog bersama Bupati mengenai persiapan Pekan Nasional KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) yang akan diselenggarakan tahun 2014 dimana Kabupaten Malang akan menjadi tuan rumah dan yang akan mengikuti kegiatan ini sekitar 6000 peserta. Diharapkan Kelompok Tani yang berada di Desa Babadan yang bernama Kelompok Tani Lestari Makmur ini mampu bekerja sama dengan penyuluh untuk membina kelompok tani dan mampu mengembangkan produksi alam yang ada. Penyuluh harus siap mensukseskan swasembada dan divesifikasi pangan untuk memperkuat daya saing daerah sesuai Visi Madep Manteb dan demi keberhasilan bersama. Menurut warga Desa Babadan, angkutan jalan di daerah Ngasem yang rusak agar segera ditinjau karena sebagai jalan alternatif penghubung antar desa. Selain itu, jalan yang belum teraspal ± 1,5 km di Desa Maduarjo Kecamatan Ngajum merupakan hak milik perorangan dan bukan milik Perhutani.
Setelah mendengar keluhan warga dalam Acara dialog dengan Bupati yang digelar di SD Babadan III, Kec. Ngajum. Keesokan harinya, Selasa (19/2) Bupati Malang yang akrab disapa Bung Rendra ini langsung melakukan peninjauan ke lokasi dengan didampingi beberapa Kepala SKPD dan Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Ibu Helijanti Koentari, Camat sekaligus Kepala Desa setempat. Saat Bupati Malang meninjau beberapa lokasi yang masih dalam proses pembangunan seperti jalan maupun jembatan adalah proyek yang berasal dari swadaya masyarakat ataupun yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Nampak aktivitas warga sedang membuat selokan untuk memperlancar drainase saat hujan mengguyur, dan agar tidak menyebabkan lalu lintas terhenti.
Sebagaimana bina desa yang sudah dilaksanakan di beberapa daerah lainnya, dalam bina desa yang digelar di Desa Babadan Kec. Ngajum Pemerintah Kabupaten Malang juga menggelar pelayanan langsung kepada masyarakat diantaranya : penyuluhan kesehatan, pelayanan KK KTP, dan perijinan yang lain. Selain itu sejumlah bantuan juga diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang diantaranya: bantuan keuangan pola kemitraan pembangunan sinergi berbasis masyarakat bidang kebinamargaan untuk pembangunan jalan lapis penetrasi 1.500 X 3 m kepada panitia pembangunan Jalan Desa Babadan, bantuan buku dan alat tulis sebanyak 150 paket, bantuan peralatan sapi perah sebesar 580 paket, bantuan 400 bibit pohon, peralatan dapur dan peralatan olah raga.
Tak jauh beda, kebutuhan ruang kelas TK Wisnu Wardhana yang terletak di rumah warga sekitar cukup minimalis. Menurut pemilik sekolah tersebut, jumlah guru sebanyak 4 orang dan siswanya sebanyak 42 orang, maka dana anggaran yang digunakan untuk membangun sekolah tersebut bersumber dari PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Bupati juga meninjau Rumah Produksi pembuatan kapur hitam oleh bapak Prayitno yang dinamai Prayon dimana setiap bijinya dihargai Rp. 3500,- sehingga setiap karyawannya menghasilkan 100 biji per hari. Bahan pembuatan prayon berasal dari lilin dan ban bakar sehingga jika digoreskan ke kayu, warnanya tidak bisa luntur. Kelemahan dari produksi ini terletak pada mesin pembuatan yang masih terbatas. Sumber: Humas Pemkab Malang
pak gimana hasil pilkades desa babadan ribet ko di biarkan berlarut-larut,kita sudah lapor kemene-mana tapi hasilnya nihil???\
gimana tanggapan pemerintah daerah!!!???
KIRIMI SOMASI 3X, KALO TETAP GAK ADA TANGGAPAN … PTUN KAN SAJA BRO…GITU AJA KOK REPOT