Bagi orang-orang yang setiap harinya selalu berbelanja ke pasar Lawang, wajah Achmad Subandi ini tidak akan mudah untuk dilupakan. Betapa tidak? Pria yang beberapa tahun yang lalu dikenal sebagai ahli keemasan, perhiasan dan batu permata yang diwarisi dari ayahnya H. Achmas Siddik, kini telah beralih profesi sebagai ahli bangunan dan meubelair yang dikerjakan di rumah sendiri.
“Biasa cak, kalau terus terusan bekerja di satu bidang saja kan sepertinya kita ini tidak bisa dibidang yang lain. Padahal Allah kan memberi kesempatan kepada siapa saja yang mempunyai kemauan untuk menaklukkan bidang bidang pekerjaan yang lain.” katanya. Memang apa yang dilakukan pria ini merupakan hal yang tidak biasa untuk dilakukan bagi orang lain. Sebelum menekuni bidang bangunan dan meubelair, pria ini juga pernah menekuni masalah perbengkelan sepeda motor dan berhasil mendidik puluhan anak putus sekolah.
Pria yang selalu mengandalkan kekuasaan Allah ini berpendapat bahwa manusia diberi kesempatan untuk hidup di dunia dengan berbagai fasilitas dan juga diberi ilmu untuk menguasainya dengan berbagai ilmu. “Semua ilmu pengetahuan yang ada sampai saat ini kan merupakan karunia Allah yang wajib untuk dipergunakan dalam kehidupan ini. Jangan sampai sebagai orang yang beriman kita tidak bisa menikmati manfaat dari ilmu-ilmu tersebut. Yang penting dipergunakan untuk ibadah kepadaNya.
Sedang kalau ilmu-ilmu itu dipergunakan bukan untuk ibadah, namanya kerugian yang besar. Rugi kan, kalau kita menang di dunia tetapi di akherat kita kalah.” tuturnya melanjutkan. Pria yang selalu bekerja keras ini juga dikenal sebagai konsultan spiritual dan kerohanian yang telah dikenal dibeberapa daerah di Jawa Timur, antara lain Jember, Tulungagung, Pasuruan, Lawang dan khususnya di Kabupaten Malang bagian selatan.
Dengan bekerja keras, pria ini memberikan motivasi kepada kliennya untuk tetap beriman kepada Allah dan hidup mandiri dengan bergantung kepada Allah semata. “ABI” adalah panggilan akrab yang diberikan klien-nya kepadanya. “Yang penting mencari ridho Allah, cak.” katanya mengakhiri wawancara.
yang terpenting memang mencari ridho Allah