Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merncanakan akan memperpanjang jam pelajaran pada tingkat Sekolah Dasar (SD), dari 26 jam/minggu menjadi 30 jam/minggu. Kenaikan ini karena rata-rata masa tinggal anak di kelas saat ini dinilai relatif kecil.
Mendikbud M. Nuh saat ditanya wartawan menjelang Rapat Terbatas yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (28/2) mengingatkan, untuk siswa SD kalau 26 jam, 1 (satu) jam jam mata pelajaran itu bukan 60 menit, tetapi 35 menit.
“Kalau 26 jam selama satu minggu, setiap hari kira-kira 5 jam. Jadi jam 7 masuk jam 10 udah pulang, apa tidak bisa diperpanjang lagi sehingga masa tinggal di sekolah lebih banyak sehingga mereka bisa mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi,” ungkap M. Nuh.
Penambahan jam sekolah itu diyakini Mendikbud tidak akan menambahan anggaran, namun justru akan banyak guru yeng mengalami kekurangan mengajar, maka dengan penambahan itu malahan lebih tersedia. Tidak ada keluhan kekurangan jam mengajar.
“Yang penting di kurikulum baru itu segitiga itu, yaitu kurikuler, ekstra kurikuler, dan ku kurilkuler. Guru-guru yang bertugas ekstra kurikuler itu harus diperhitungkan sebagai bahan atau beban mengajar,” ujar M. Nuh.
Mengenai masalah ujian negara (UN) bagi siswa SD, Mendikbud menyebutkan, masalah ini sedang diexercise bagaimana nasibnya ke depan. Ia menegaskan, setelah UN 2013 ini, pemerintah akan menetapkan bagaimana UN SD yang akan datang karena kaitannya juga dengan kurikulum baru.
Terkait dengan indikatornya tingkat kelulusan, Mendikbud M. Nuh mengatakan, kalau urusan lulus sudah banyak, justru kualitas dari UN sendiri yang harus ditingkatkan.
Adapun mengenai nilai kelulusan, Mendikbud M. Nuh menegaskan, tahun ini tetap memakai standar seperti tahun lalu, yaitu minimal 5,5, tidak boleh ada angka 4 rata-ratanya itu. “Jadi kita tidak merubah standar kelulusan, yang kita rubah hanya variasi soal,” jelas M. Nuh.
Menurut Mendikbud, tadinya dalam satu kelas isinya 20 orang ada 5 macam variasi soal, sekarang ada 20 variasi soal sehingga setiap anak soalnya berbeda beda, supaya anaknya bisa khusyu mengerjakan soal sendiri karena soalnya beda beda.
“Supaya konsentrasi pada pekerjaan sendiri. Jadi alasannya bukan karena supaya tidak nyontek tapi supaya khusyu menjalankan pekerjaannya sendiri,” pungkas M. Nuh. Sumber: Setkab.go.id