Menyambut kurikulum baru 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA datang langsung memberikan sosialisasi di Gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM) Sabtu. Sosalisasi ini diharapkan akan memberikan pencerahan bagi para jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindik), kepala sekolah serta guru, Sabtu (19/1).
Di hadapan lebih dari 5000 guru, M. Nuh mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak ingin membenarkan stigma masyarakat yang sudah terlanjur menganggap bahwa ganti menteri ganti kurikulum. “Tapi bagi kami tidak apa-apa kurikulum dirubah asalkan ada rasionalisasi dari pada hanya takut dan esensi yang penting tidak sampai kepada masyarakat,” terang M. Nuh, Sabtu (19/1).
Ia menyebut, salah satu dasar yang dijadikan alasan adanya perubahan kurikulum tersebut karena selama tahun 2010 hingga 2035, merupakan tahun yang sangat potensial menyiapkan generasi yang luar biasa. Hal tersebut karena pada tahun 2010 hingga 2035 pertumbuhan populasi penduduk produktif paling besar.
M. Nuh menyebut pada 2023 diperkirakan akan menjadi tujuh besar negara terbesar di dunia. “Karena itulah, tugas kita membangkitkan motivasi, optimisme anak-anak. Dan perubahan kurikulum saat ini sangat penting dan genting,” tegas M Nuh.
Pentingnya menyangkut jutaan rakyat dan masa depan bangsa. Gentingnya tidak bisa ditunda, terlambat satu tahun saja anak-anak akan terlambat mendapat pendidikan yang bagus. Simpelnya, ia menyebut bahwa perubahan kurikulum ini bukan untuk anak-anak saat ini tetapi untuk mempersiapkan masa depan.
Ada poin penting yang ia sampaikan dalam perubahan kurikulum diantaranya tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang benar-benar didesin sesuai kebutuhan para lulusan, mulai dari SD sampai SMP.
Tidak merubah secara utuh kurikulum 2006 namun, menurutnya hanya menambal apa yang kurang dan mengurangi kurikulum yang memberatkan. Seperti misalnya di kurikulum SD, IPS dan IPA tidak diberikan kepada siswa kelas I sampai III, dan kepada siswa kelas IV.
Poin penting lainnya, Kemendikbud juga akan menyiapkan buku babon yang akan dijadikan panduan guru mengajar, yang berisi mulai dari materi hingga prosesnya. “Sistem ini memang banyak kritikan karena dinilai mematikan kreativitas guru. Namun dengan buku babon ini maka guru tidak perlu lagi tersita waktunya untuk membuat silabus dan RPP sehingga pembelajaran akan lebih efektiv,” urai M. Nuh.
Sementara itu, Kepala Dindik Kota Malang, Dra. Sri Wahyuningtyas,M.Si mengaku siap mensosialisasikan kurikulum baru ini kepada seluruh kepala sekolah dan guru. “Sistem yang baru tentu disusun untuk menuju ke arah yang lebih baik, kami harap demikian,” ucap Yuyun, sapaan akrabnya. (Sumber: Humas Pemkot Malang)